Adapun kebijakan moneter dan kebijakan fiskal di sektor
dalam negeri:
1) Kebijakan Moneter
Sekumpulan tindakan pemerintah di dalam mengatur
perekonomian melalui tingkat bunga.
a) Kebijakan Moneter Kuantitatif
Mengatur tingkat
bunga melalui operasi pasar terbuka melaui SBI, merubah tingkat bunga diskonto,
merubah presentase cadangan minimal yang harus dipenuhi oleh setiap bank umum
b) Kebijakan Moneter Kualitatif
Mengatur dan menghimbau pihak bank umum /lembaga keuangan
lainnya baik manajemen maupun produk yang ditawarkan untukmendukung kebijakan
moneter kuanitatif bank Indonesia
2) Kebijakan Fiskal
Tindakan pemerintah dalam mengatur ekonomi melalui
anggaran belanja negara.
·
Macam-macam kebijakan fiskal dalam ekonomi adalah:
1. Pajak
langsung dan pajak tidak langsung
2. Pajak
regresif, sebanding dan progresif
3. Penerimaan
pemerintah, pengendali tingkat pengeluaran masyarakat
4. Untuk lebih
memeratakan distribusi pendapatan dan kekayaan masyarakat.
Adapun kebijakan moneter dan kebijakan fiskal di sektor
luar negeri:
1. Kebijakan
Menekan Pengeluaran
Dilakukan dengan cara mengurangi pengeluaran konsumsi.
Cara :
a. Menaikkan pajak pendapatan
b. Menaikkan tingkat bunga
c. Mengurangi pengeluaran pemerintah
2. Kebijakan Memindahkan Pengeluaran
Cara :
1. Memaksa
a) Mengenakan
tarif dan atau kuota
b) Mengawasi
pemakaian valuta asing
Rangsangan
a) Ekspor :
mengurangi pajak komoditi ekspor, menyederhanakan prosedur ekspor, memberantas
pungli dan biaya siluman
b) Menstabilkan harga dan upah di dalam negeri
c) Melakukan
devaluasi
g. Pelita VI (1 April 1994 – 31 Maret 1999)
Kondisi
Ekonomi Indonesia Pada Akhir Masa Orde Baru
Titik beratnya masih pada pembangunan pada sektor
ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya. Sektor ekonomi
dipandang sebagai penggerak utama pembangunan. Pada periode ini terjadi krisis
moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Karena
krisis moneter dan peristiwa politik dalam negeri yang mengganggu perekonomian
menyebabkan rezim Orde Baru runtuh.
Disamping itu Suharto sejak tahun 1970-an juga menggenjot
penambangan minyak dan pertambangan, sehingga pemasukan negara dari migas
meningkat dari $0,6 miliar pada tahun 1973 menjadi $10,6 miliar pada tahun
1980. Puncaknya adalah penghasilan dari migas yang memiliki nilai sama dengan
80% ekspor Indonesia. Dengan kebijakan itu, Indonesia di bawah Orde Baru, bisa
dihitung sebagai kasus sukses pembangunan ekonomi.
Keberhasilan Pak Harto membenahi bidang ekonomi sehingga
Indonesia mampu berswasembada pangan pada tahun 1980-an diawali dengan
pembenahan di bidang politik. Kebijakan perampingan partai dan penerapan azas
tunggal ditempuh pemerintah Orde Baru, dilatari pengalaman masa Orde Lama
ketika politik multi partai menyebabkan energi terkuras untuk bertikai. Gaya
kepemimpinan tegas seperti yang dijalankan Suharto pada masa Orde Baru oleh
Kwik Kian Gie diakui memang dibutuhkan untuk membenahi perekonomian Indonesia
yang berantakan di akhir tahun 1960.
Namun, dengan menstabilkan politik demi pertumbuhan
ekonomi, yang sempat dapat dipertahankan antara 6%-7% per tahun, semua kekuatan
yang berseberangan dengan Orde Baru kemudian tidak diberi tempat.
Kondisi Ekonomi
Indonesia Pada Akhir Masa Orde Baru
Pelita VI (1 April 1994 – 31 Maret 1999)
Pada masa ini pemerintah lebih menitikberatkan pada
sektor bidang ekonomi. Pembangunan ekonomi ini berkaitan dengan industri dan
pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia
sebagai pendukungnya.
Namun Pelita VI yang diharapkan menjadi proses lepas
landas Indonesia ke yang lebih baik lagi, malah menjadi gagal landas dan kapal
pun rusak.
Indonesia dilanda krisis ekonomi yang sulit di atasi
pada akhir tahun 1997. Semula berawal dari krisis moneter lalu berlanjut
menjadi krisis ekonomi dan akhirnya menjadi krisis kepercayaan terhadap
pemerintah. Pelita VI pun kandas di tengah jalan.
Kondisi ekonomi yang kian terpuruk ditambah dengan KKN
yang merajalela, Pembagunan yang dilakukan, hanya dapat dinikmati oleh sebagian
kecil kalangan masyarakat. Karena pembangunan cenderung terpusat dan tidak
merata. Meskipun perekonomian Indonesia meningkat, tapi secara fundamental
pembangunan ekonomi sangat rapuh.. Kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup
dan sumber daya alam. Perbedaan ekonomi antar daerah, antar golongan pekerjaan,
antar kelompok dalam masyarakat terasa semakin tajam.. Terciptalah kelompok
yang terpinggirkan (Marginalisasi sosial). Pembangunan hanya mengutamakan
pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang
demokratis dan berkeadilan.
Pembagunan tidak merata
tampak dengan adanya kemiskinan di sejumlah wilayah yang menjadi
penyumbang devisa terbesar seperti Riau, Kalimantan Timur, dan Irian. Faktor
inilah yang selantunya ikut menjadi penyebab terpuruknya perekonomian nasional
Indonesia menjelang akhir tahun 1997..
Namun pembangunan ekonomi pada masa Orde Baru merupakan
pondasi bagi pembangunan ekonomi selanjutnya.
Sumber :
http://tantitrisetianingsih.blogspot.com/2012/04/kebijaksanaan-pemerintah.html
http://kammilashaffirah.blogspot.com/2011/05/kebijakan-moneter.html
http://odeliajulita.blogspot.com/2011/04/kebijakan-fiskal.html
http://tantitrisetianingsih.blogspot.com/2012/04/kebijaksanaan-pemerintah.
http://putriayum90.blogspot.com/2012/05/bab-11-kebijaksanaan-pemerintah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar